Iklan sponsor resmi:

Iklan bisnis dan panduan usaha:

silahkan masuk untuk melihat karakter jiwa bisnismu...!!

Tafsir QS. Al-Fatihah-4

I’rob ayat ke-4

Maaliki : sifat yang ke empat dari “Allah”. majrur, tanda jar-nya adalah kasrah. Dan keadaannya adalah mudhaf.

Yaumi : mudhaf ilaihi yang majrur. Tanda jar-nya adalah kasrah. dari idhafah ini menduduki tempat nasab menjadi maf’ul dari isim fa’il. Dan failnya adalah dhamir yang tersembunyi. Takdirnya adalah: “Dia”. Maknanya: Dialah yang merajai hari pembalasan. Kalimat “Yaum” adalah mudhaf.

Ad-Diini : mudhaf ilaihi yang majrur. Tanda jar-nya adalah kasrah yang nampak diakhirnya.


Tafsir ayat ke-4

MAALIKI YAUMIDDIIN

“Yang menguasai di hari Pembalasan.”

Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim, ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.


Ar-Raghib Al-Asfahani mengatakan: “kedua bacaan tadi, sekalipun sama-sama diriwayatkan oleh banyak sahabat Rasul, namun kedua bacaan itu hakikatnya lebih mengandung makna keagungan, ketakjuban dan penuh dengan ketakutan kepada Allah yang tidak kita jumpai pada bacaan pertama, artinya; menunjukkan bahwa Allah Swt. sebagai pengatur umat berakal dengan perintah larangan dan pembalasan. Dengan itulah Alloh memerintahkan manusia dalam firmannya: maliki-Nas (Raja manusia), bukan Maliki-asyayi (Raja sesuatu).


Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.

Hari inilah semua urusan akan dikembalikan lagi pada pemiliknya, yaitu Allah Swt, yang mana kedudukan, jabatan, harta, anak dan lain sebagainya tidak akan bermanfaat dan tidak ada gunanya lagi kecuali orang-orang yang kembali dengan harti yang bersih, sebagaimana yang diungkapkan oleh Nabi Ibrahim dalam do’anya:

Dan janganlah Engkau hinakan Aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, Dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa, Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang- orang yang sesat". (Qs. Asy-Syu’ara: 87-91)

Pada hari pembalasan hanya pengadilan Allohlah yang berlaku. Tidak ada satupun manusia yang didhalim, kelak akan menerima akibat dari semua perbuatan manusia ketika di dunia. Jika perbuatannya dipandang baik oleh syari’at, maka di hari pembalsan ia akan menerima kebaikan itu, namun sebaliknya jika perbuatannya rusak, maka kerusakan pulalah yang akan diterima. Alloh Swt. berfirman:


Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Qs. Al-Zalzalah: 7-8)

Bukti kuasanya Alloh saat itu memberikan penyaksian pada manusia dengan panca indra yang dimilikinya, dan menutup mulut manusia.


Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Qs. Yaasin: 65)



1 komentar: